Tuesday, May 24, 2011

The future is not something we enter. The future is something we create. ~ Leonard I. Sweet

Raja Yang Tak Pernah Salah

Sewaktu anak kita masih kecil dan belajar jalan, tidak jarang tanpa sengaja mereka menabrak kursi atau meja. Lalu mereka menangis. Umumnya, yang dilakukan oleh orang tua supaya tangisan anak berhenti adalah dengan memukul kursi atau meja yang tanpa sengaja mereka tabrak. Sambil mengatakan: "Siapa yang nakal ya? Ini sudah Papa/Mama pukul kursi atau mejanya... sudah ya... cup... cup... cup... diem ya... Akhirnya si anak pun terdiam.

Ketika proses pemukulan terhadap benda-benda yang mereka tabrak terjadi, sebenarnya kita telah mengajarkan kepada anak bahwa ia tidak pernah bersalah. Yang salah adalah orang atau benda lain. Pemikiran ini akan terus terbawa hingga ia dewasa. Akibatnya, setiap ia mengalami suatu peristiwa dan terjadi suatu kekeliruan, maka yang keliru atau salah adalah orang lain, dan dirinya selalu benar. Akibat lebih lanjut, yang pantas untuk diberi peringatan, sanksi atau hukuman adalah orang lain yang tidak melakukan suatu kekeliruan atau kesalahan.

Sebagai orang tua, kita baru menyadari hal tersebut ketika si anak sudah mulai melawan kepada kita. Perilaku melawan ini terbangun sejak kecil karena tanpa sadar kita telah mengajarinya untuk tidak pernah merasa bersalah.

Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan ketika si anak yang baru belajar berjalan itu menabrak sesuatu sehingga membuatnya menangis? 
Yang sebaiknya kita lakukan adalah ajarilah ia untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi; katakanlah padanya (sambil mengusap bagian yang menurutnya terasa sakit): "Sayang, kamu terbentur ya? Sakit ya? Lain kali hati-hati ya, jalannya pelan-pelan saja dulu, supaya tidak terbent

ur lagi."



Mengapa Anak Saya Suka Melawan & Susah Diatur?
(Grasindo) Ayah Edy

Monday, May 23, 2011

Winning doesn't always mean being first, winning means ... you're doing better than you've done before ~ Unknown.
Don't grumble that roses have thorns, be thankful that thorns have roses ~ Unknown

Televisi sebagai Agen Pendidik Anak

Siapakah yang melahirkan anak kita? Pasti jawabannya 'saya' (kalau pembaca adalah seorang ibu), atau 'istri saya' (kalau pembaca adalah seorang ayah). 
Tapi bila pertanyaannya, "Siapakah yang mendidik anak kita?" Jawabannya sangat bervariasi dan tidak pasti. 

Menurut penelitian di Amerika, sebagian besar perilaku buruk ditiru anak dari media visual dan sebagian lagi dari media cetak dan lingkungan. Jika kita membiarkan anak kita berlama-lama menonton TV, maka kita telah menyerahkan anak kita untuk dididik oleh Ibu Kedua.

Perilaku anak terbentuk karena 4 hal:
  1. Terbentuk berdasarkan siapa yang lebih dulu mengajarkan kepadanya: orang tua atau televisi?
  2. Terbentuk oleh siapa yang lebih dia percaya: apakah anak kita masih menaruh percaya pada kata-kata kita atu ketepatan waktu program-program televisi.
  3. Terbentuk oleh siapa yang menyampaikannya lebih menyenangkan: apakah kita menasihatinya dengan cara menyenangkan atau program-program televisi yang lebih menyenangkan.
  4. Terbentuk oleh siapa yang lebih sering menemaninya: kita lebih sering menemani atau program-program televisi yang sangat setia menemani anak kita.
Jadi apa yang sebaiknya kita lakukan?
  1. Bangunlah komunikasi dan kedekatan dengan mengevaluasi 4 hal tersebut yang menjadi faktor pembentuk perilaku anak kita.
  2. Di Amerika ada lebih dari 30% penduduk yang memilih untuk tidak menonton program TV di rumahnya dan menggantinya dengan kegiatan di rumah atau di luar rumah yang padat bagi anak-anaknya.
  3. Gantilah program TV di rumah dengan film-film pengetahuan yang lebih mendidik dan menantang, mulai dari film kartun hingga CD dalam bentuk permainan edukatif.

Mengapa Anak Saya Suka Melawan & Susah Diatur?
(Grasindo) Ayah Edy

Sunday, May 22, 2011

Nobody can go back and start a new beginning, but anyone can start today and make a new ending. ~ Maria Robinson

The future is purchased by the present ~ Samuel Johnson
The great thing in the world is not so much where we stand, as in what direction we are moving.
~ Oliver Wendell Holmes
A single rose can be my garden... a single friend, my world. ~ Leo Buscaglia
A happy marriage has in it all the pleasures of a friendship, all the enjoyments of sense and reason, and indeed, all the sweets of life. ~ Joseph Addison
A little and a little, collected together, become a great deal; the heap in the barn consists of single grains, and drop and drop make the inundation.
~ Saadi
Truly great friends are hard to find, difficult to leave, and impossible to forget. ~ Unknown
In true love the smallest distance is too great, and the greatest distance can be bridged.
~ Hans Nouwens
Life does not obey our expectations. Life obeys our intentions, in ways we may not expect.
~ Lloyd Strom
The cruelest lies are often told in silence.
~ Adlai Stevenson
The size of your success is measured by the strength of your desire; the size of your dream; and how you handle disappointment along the way.
~ Robert Kiyosaki
Success is nothing more than a few simple disciplines, practiced every day.
~ Jim Rohn

Wednesday, May 4, 2011

Kakak Harus Selalu Mengalah?


Di negeri ini ada kebiasaan bahwa yang lebih tua harus selalu mengalah kepada yang lebih muda. Dan sepertinya kebiasaan ini sudah membudaya. Seperti contoh berikut ini.....

Geby dan Calvin adalah kakak beradik. Sang oma sebagai orang yang paling sering mengasuh cucu-cucunya, selalu memarahi Geby kalau Calvin menangis. Sang oma tidak pernah menanyakan masalahnya, atau siapa yang benar siapa yang salah.... dia selalu membela Calvin, sang adik, dan menyalahkan Geby, sang kakak.
"Kamu nih gimana sih, ngalah dong sama adiknya.... udah besar juga." 
Seperti itulah perkataan yang selalu keluar dari mulut sang oma, bahkan terkadang diikuti dengan cubitan kecil di paha atau telinga Geby.

Akhirnya apa yang terjadi? Geby menjadi anak dengan rasa percaya diri yang rendah. Dia mulai sering melawan dan lama-kelamaan semakin sering berantem dengan Calvin, adiknya. Sementara Calvin bertumbuh menjadi seorang anak yang egois, selalu merasa benar, suka memberontak bahkan semakin berani menyakiti kakaknya.

Kalau sudah kaya' gini kejadiannya, terus gimana?
Adalah tanggung jawab orang tua untuk mengajarkan kepada anak-anaknya tentang nilai-nilai 'benar' dan 'salah'. Perbuatan benar selalu benar dan perbuatan salah selalu salah, tidak ada batasan usia.

Kalau anak Anda mengalami hal ini, maka....
  • Anda harus berlaku adil!!!Coba tanyakan informasi yang lengkap dari keduanya, 
  • dan setelah mengetahui kebenarannya maka Anda harus menjelaskan tentang nilai-nilai benar dan salah kepada mereka. 
  • Tunjukkan apa yang dimaksud dengan yang benar dan yang salah dari tindakan mereka... 
  • lalu buat mereka berdamai, dan.... 
  • ajarkan mereka untuk mentaati nilai-nilai yang sudah disepakati bersama.

Belilah kebenaran dan jangan menjualnya; demikian juga dengan hikmat,
didikan dan pengertian.

Tuesday, May 3, 2011

Mengumpan Anak yang Rewel


Pada saat anak marah, merengek atau menangis, meminta sesuatu dengan memaksa, kita biasanya mengalihkan perhatiannya kepada hal atau barang lain. Hal ini dimaksudkan supaya anak tidak merengek lagi. Namun yang terjadi malah sebaliknya, rengekan anak semakin menjadi-jadi.
Contohnya, anak menangis karena ia minta dibelikan mainan. Kemudian kita berusaha membuatnya diam dengan berusaha mengalihkan perhatiannya seperti, "Tuh lihat tuh... ada kakak pake baju warna apa tuh..." atau "Lihat ini lihat..., gambar apa ya lucu banget."

Ingatlah selalu, pada saat anak kita sedang fokus pada apa yang diinginkan, ia akan memancing emosi kita dan emosinya sendiri akan menjadi sensitif. Anak kita pada umumnya adalah anak yang cukup cerdas. Ia tidak ingin dialihkan ke hal alin jika masalah ini belum ada kata sepakat penyelesaiannya. Semakin kita berusaha mengalihkan ke hal lain, semakin marahlah anak kita. 

Apa yang sebaiknya dilakukan?
Selesaikan apa yang diinginkan oleh anak kita dengan membicarakannya dan membuat kesepakatan di tempat, jika kita belum sempat membuat kesepakatan di rumah. Katakan secara langsung apa yang kita inginkan terhadap permintaan anak tersebut, seperti "Papa/Mama belum bisa membelikan mainan itu saat ini. Kalau kamu mau, harus menabung lebih dahulu. Nanti Papa/Mama ajari cara menabung. Kalau kamu terus merengek, kita tidak jadi jalan-jalan dan langsung pulang."
Jika kalimat ini yang kita katakan, dan anak tetap merengek, segeralah kita pulang meski urusan belanja belum selesai. Sehingga anak tahu bahwa kita konsisten dengan perkataan kita. Untuk urusan belanja, kita masih bisa menundanya. Tapi jangan sekali-kali menunda dalam mendidik anak.

A wise son makes a glad father, but a foolish man has no respect for his mother.

Mengapa Anak Saya Suka Melawan & Susah Diatur?
(Grasindo) Ayah Edy